Rutinitas Seorang Pemalas
Ari adalah anak seorang pengusaha sukses di daerahnya. Sebenarnya dia adalah anak yang cerdas, akan tetapi dia pemalas. Karena rasa malas itulah, kecerdasannya tertutupi. Dia adalah anak yang humoris, suka menghibur teman-temannya yang sedang dilanda kesusahan. Ide-ide yang datang darinya pun selalu dipakai, namun sering sekali idenya itu muncul agak mepet......
Dia adalah anak yang sangat suka dengan setiap hal yang beraroma magic. Acara kesukaannya adalah “The Master” yang ditayangkan setiap malam jumat pukul setengah sepuluh malam di RCTI. Setelah nonton itu biasanya paginya pasti terlambat datang ke sekolah dan di sekolah selalu dipraktikkannya trik-trik sulap yang dimilikinya.
Hingga di suatu pagi di hari Sabtu, dia bangun kesiangan, meskipun telah dibangunkan oleh benda yang berdering disampingnya karena habis nonton acara kesukaannya
Krrriiiiiiiing!!!!!!............ Krrriiiiiiiing!!!!!!............
Jam weker milik Ari yang menunjukkan pukul lima pagi terus berdering hingga membangunkan Ari dari alam mimpinya yang sangat indah. Akhirnya barang yang berdering itu dimatikan karena telah mengganggunya. Karena masih sangat ngantuk, Ari melanjutkan kegiatannya di alam mimpi.
“Ari, Ari, Bangun Ari, sudah jam setengah tujuh pagi!”, bentak Rohimah, Ibunya. Akan tetapi usahanya sia-sia saja. Kemudian ibunya pergi ke kamar mandi untuk mengambil satu ember air dan kembali ke kamar Ari.
Tiba-tiba.
Byyuuuuuuurrrrrrr!!!!!!................. Byyuuuuuuurrrrrrr!!!!!!.................
“Banjiiiiir, banjiiiiir, toloooong, toooolong!”,Ari berteriak minta tolong.
“Ayo bangun, sudah jam enam pagi, ntar kamu terlambat sekolah!”, kata ibunya setengah marah.
Sebenarnya ibunya sangat perhatian dengan Ari.
“Gimana sih ma, kok disiram sih ma, kan aku sedang enak-enaknya tidur”, kata Ari seraya menyalahkan ibunya.
“Kamu mau berangkat sekolah nggak, sudah jam setengah tujuh lho”, kata ibunya merasa benar.
“Apa!!! Jam setengah tujuh, gimana nih ma, aku bisa terlambat”, kata Ari bingung.
“Makannya kalau jam wekernya berbunyi terus bangun, jangan tidur lagi. Ayo cepat sekarang mandi!”, suruh ibunya sambil memerintahkannya mandi.
Ari langsung menuju kamar mandi. Byar Byur. Ari mandi dengan sangat tergesa-gesa, karena takut terlambat ke sekolah yang masuknya jam tujuh kurang seperempat.. Kemudian Ari memakai baju dan sepatu. Untungnya Buku pelajaran hari ini sudah dimasukkannya ke dalam tas tadi malam.
Ari berlari menuju depan rumahnya. Sambil menunggu angkot, Ari merapikan rambutnya yang masih berantakan. Setiap menit, dia melihat jam tangannya yang berwarna kuning emas, dilihatnya setiap detik berlalu berganti menit. Karena takut terlambat, keringat dinginnya pun bercucuran membasahi bajunya.
“Akhirnya angkot yang kutunggu-tunggu selama ini datang juga”, katanya dalam hati.
Sampai di sekolahnya, ternyata pintu gerbangnya sudah ditutup. Itu tandanya bel masuk sekolah sudah berbunyi dan ia sudah terlamabat selama sepuluh menit. Dia harus menunggu lima menit lagi untuk masuk ke SMA tercinta dan meminta surat ijin mengikuti pelajaran dari guru piket.
Setelah pintu gerbang sekolahnya dibuka, Ari langsung berlari menuju pos satpam untuk mengambil surat ijin mengikuti pelajaran dari guru piketnya hari ini. Sialnya guru piket hari ini adalah gurunya yang sangat galak dan ditakuti semua siswa. Tapi Ari tetap cuek terhadap guru piketnya karena dia tergesa-gesa.
Ari langsung berlari menuju kelasnya yang letaknya tidak jauh dari pos satpam. Dengan nafas yang tersendat-sendat dia sampai di kelasnya dan memberikan surat ijin mengikuti pelajaran kepada gurunya dan dia diperbolehkan masuk dan mengikuti pelajaran. Sialnya pelajaran pertamanya hari ini adalah pelajaran fisika dan akan ulangan bab listrik dinamis dan gelombang elektromagnetik.
Biasanya kalau akan ulangan , teman-temannya memilih duduk di belakang dan disamping anak yang pintar. Karena Ari terlambat, maka ia duduk di depan meja guru persis dan sendirian lagi.
“Aduh kalau begini posisinya, aku tidak bisa nyontek nih”, kata Ari menyesali dirinya dalam hati.
“Anak-anak, sekarang PR nya dikumpulkan dulu, nanti ulangannya jam kedua saja”, suruh Bu Farida, guru fisikanya kepada murid-muridnya.
“Oh iya ya aku lupa kalau ada PR fisika, aduh bisa gawat kalau begini”, kata Ari.
Kalau ada yang belum mengerjakan atau ada yang ketinggalan di rumah boleh dikumpulkan besok”, kata Bu Farida.
Bu Farida adalah guru yang paling baik.
Teeeeetttt!!!!!.............. Teeeeetttt!!!!!..............
Bel sekolah berbunyi menunjukkan bahwa jam kedua dimulai.
“Anak-anak, sekarang siapkan satu lembar folio dan tulis identitas kalian di pojok kanan atas”, kata Bu Farida sambil membagikan soal ulangan kepada muridnya.
“Baik Bu”, kata teman-temanku semangat
“Waktunya satu jam pelajaran dan jangan tengok kanan kiri”, kata Bu Farida menegaskan.
“Aku kan duduk di depan sendiri dan sampingku kosong, jadi tidak mungkin aku tengok kanan kiri, berarti boleh dong kalau tengok belakangnya”, kata Ari dalam hati dengan bahagia.
“Ayo mulai mengerjakan jangan hanya dilihat saja soalnya”, kata Bu Farida.
Ketika anak-anak sedang bergelut dengan rumus-rumus. Tiba-tiba terdengar suara dari speker kelasnya memberikan sedikit pengumuman yang sangat berharga bagi siswa.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Diberitahukan kepada seluruh siswa, sehubungan dengan akan diadakannya rapat pleno OSIS dan MPK, maka kegiatan belajar mengajar hanya sampai jam pelajaran ke-5.”
“Horeeeee”, anak-anak berteriak sangat senang.
Namun tidak demikian yang terjadi pada Ari. Ia sedang mengotak atik rumus-rumus di kertas buramnya.
Setelah lima belas menit berlalu, Ari tidak bisa mengerjakan satu soalpun. Ari putus asa dan memutuskan untuk nyontek teman yang duduk di belakangnya.
“Aku harus nyontek nih, pokoknya aku harus nyontek”, kata Ari penuh dengan keyakinan.
“Untung saja soalnya cuma 20 dan pilihan ganda semua, jadi aku lebih mudah nyonteknya. Memang kalau sudah rejeki tidak akan pergi kemana”, kata Ari merasa beruntung.
Ari memperhatikan gerak gerik gurunya. Dia mencari waktu yang tepat untuk mengintip jawaban temannya. Jika waktunya tepat, dia menengok ke arah Purnama temannya yang duduk di belakangnya persis. Purnama adalah anak yang terkenal kepintarannya di bidang fisika. Jadi Ari merasa yakin akan jawaban temannya itu.
Ari mulai melirik jawaban Purnama dengan hati-hati supaya tidak ketahuan gurunya.
“A-B-D-B-C”, katanya dalam hati sambil mengingat-ingat jawaban temannya itu agar tidak sampai keliru nomornya.
Teeeeetttt!!!!!.............. Teeeeetttt!!!!!..............
Bel tanda jam pelajaran kedua telah usai, Demikian juga dengan ulangan fisikanya. Dan Ari sudah berhasil mencapai misinya walaupun dengan cara yang tidak benar.
“Waktu habis, lembar jawab dan lembar soal dikumpulkan”, kata Bu Farida.
“Akhirnya selesai juga, untung kamu duduk di belakangku pur, kalau nggak aku bisa mati duduk karena pusing. Jadi nggak sia-sia di kelas ini ada kamu”, katanya sedikit melawak kepada Purnama.
“Ngomong-ngomong sekarang pelajaran apa?”, tanya Ari kepada temannya.
“Kan sekarang pelajaran ekonomi”, kata Dedi menyahut.
“Nanti nonton bagaimana proses pembuatan uang kan di laboratorium bahasa”, kata Akmal memberikan penjelasan.
“O iya ya. Bagaimana kalau kita pergi ke kantin untuk beli jajan buat nanti sambil nonton sambil makan”,ajak Ari kepada teman-temannya.
“Ide bagus tuh, Yo kita ke kantin sekarang”, jawab Amad.
Mereka berempat langsung ke kantin dan membeli jajan buat persiapan nonton proses pembuatan uang.
“Anak-anak sekarang kita ke Lab. Bahasa untuk nonton proses pembuatan uang. Bawa buku catatan kalian untuk mencatat hal-hal yang penting”, kata Bu Sumi, Guru ekonomi kelasnya.
Setelah sampai di lab, anak-anak berlari memilih tempat duduk di depan agar jelas menontonnya.
“Assalamu’alaikum, maaf bu kami terlambat, baru dari belakang”, kata mereka berempat berbohong.
Makan jajan sambil nonton proses pembuatan uang. Tidak terasa sudah dua jam mereka mengikuti pelajaran ekonomi.
“Akhirnya istirahat juga”, kata Ari bahagia.
“Yuk kita ke kantin.”
“Yo, aku laper nih.”
Ari beserta teman-temannya bergerak menuju ke kantin untuk membeli makanan yang dapat mengenyangkan perut mereka.
“Mal, kamu harus traktir kita mal, soalnya kan Limbad, jagoanmu kalah tadi malam di Duel Inagurasi The Master, kamu kan udah janji”, kata Ari menagih janjinya kepada Akmal.
“Kalian mau makan apa, nasi bungkus dan aqua aja ya yang murah”, kata Akmal menawar.
“Nggak bisa, sesuai perjanjian kita kemarin, yang kalah harus mentraktir mie ayam dan es the”, kata Dedi tidak mau ngalah.
“Baiklah, sana ambil satu-satu, nanti aku yang bayar deh”, kata Akmal menyerah kepada teman-temannya.
Setelah selesai makan, mereka ngobrol-ngobrol sambil menunggu bel masuk berbunyi.
“Eh ngomong-ngomong tadi kok kamu bisa terlambat sih Ar”, tanya Amad.
“Oh, itu karena saya tadi malam inin membuktikan bahwa Joe, jagoanku yang akan menjadi The Next Master. Dan aku tidak sia-sia terlambat ke sekolah”, kata Ari bersemangat sekali.
“Kamu tahu yang dilakukan Dedi Corbuizer yang menggunakan kalkulator tadi malam. Kamu bisa melakukannya nggak?”, tanya ari kepada teman-temannya.
“Ya nggak lah, kalau saya bisa saya akan menjadi kandidat The Master Season 2”, kata Amad nyeleneh.
“Semuanya tidak bisa, Oon sekali sih kalian semua. Itu kan kalkulatornya sudah diprogram dulu supaya munculnya pasti angka itu kalau ditekan tombol sama dengan, gimana sih, kalian ini memang tidak mempunyai bakat magic seperti aku”, kata Ari sambil menjelek-jelekkan teman-temannya.
Teeeeetttt!!!!!.............. Teeeeetttt!!!!!..............
Bel tanda waktu istirahat selesai berbunyi. Anak-anak yang berada di kantin berjalan menuju kelasnya masing-masing.
“Eh setelah ini pelajaran apa ya?”, tanya Ari kepada teman-temannya.
“Bahasa Indonesia”, jawab Akmal.
“Setelah pelajaran Bahasa Indonesia satu jam langsung pulang kan?”, tanya Dedi meyakinkan dirinya.
“Ya!!, tadi kamu ndengerin pengumuman nggak sih”, kata Akmal.
Setelah mereka sampai kelas, tiba-tiba Pak Ramdi, guru Bahasa Indonesianya datang dan memberikan materi tentang cerpen yang meliputi unsur intrinsik cerpen, unsur ekstrinsik cerpen, bagaimana cara menentukan tema yang menarik dan hal-hal yang berkaitan dengan cerpen.
Karena sebentar lagi anak-anak akan pulang, maka hawanya pun tidak mendukung pelajaran hingga jam usai, namun sebelum jam usai, Pak Ramdi memberikan muridnya tugas untuk membuat cerpen.
“Untuk tugas kalian di rumah, buatlah cerpen berdasarkan pengalaman pribadi kalian minimal lima lembar!”, kata Pak Ramdi memberikan tugas.
“Dikumpulkan kapan Pak?”, tanya Ari.
“Dikumpulkan seminggu sebelum UKK,jelas!”, jawab Pak Ramdi.
“Jelas”, jawab mereka semangat karena akan segera pulang.
Teeeeetttt!!!!!.............. Teeeeetttt!!!!!.............. Teeeeetttt!!!!!..............
Bel tiga kali menunjukkan bahwa waktu pulang telah tiba. Anak-anak pun berdoa dan langsung berhamburan keluar kelas menuju rumahnya masing-masing.
Tidak selamanya anak cerdas selalu pintar dan taat pada peraturan. Perasaan malas mungkin bisa menutupi kecerdasan seseorang dan menjadikan seseorang melanggar peraturan. Usahakan apapun yang kita sukai jangan sampai mengalahkan kewajiban kita sebagai seorang siswa.
THE END
Komentar :
Posting Komentar